- Pertama dimensi ritual.
Untuk itu marilah kita Tanya kepada diri kita masing masing apakah kita sudah melakukanya ?
Ritual khas Iedul Fitri - yang telah kita mengerti adalah sholat Ied yang telah kita laksakan kemarin hari. Yang Alhamdulillah kesadaran kita sudah sangat tinggi,boleh dikatakan tidak ada orang mengaku muslim tidak sholat Ied. Fenomenanya adalah betapa melimpah ruahnya tempat tempat sholat Ied yang ribuan jumlahnya di Ibukota ini dikunjungi oleh para jamaah. Pada hal sekitar 3,5 juta penduduknya mudik.dan itu jumlah tidak sedikit. Beberapa ribu tempat lagi dibutuhkan untuk sholt Ied,seandainya mereka tidak mudik. Sementara kita semua tahu hukum melaksanakan sholad Ied adalah sunnah.sebab yang wajib adalah sholat lima waktu dan sholat Jum'at bagi kaum laki laki. Marilah kita bertanya kepada lubuk hati kita yang paling dalam. " Apakah sebagai Muslim kita telah mampu melaksanakan sholat wajib dengan penuh keceriaan seperti saat saat seperti ini ? Dan kalau sudah, apakah sholat yang kita laksanakan telah mampu mewarnai sikap dan perilaku kita sehari hari sesuai dengan sholat kita ?".
- Kedua yakni dimensi spiritual.
Oleh sebab itu ,kita mencoba bertanya pada diri masing masing di dalam sanubari yang paling dalam,apakah kita sudah layak mengucapkan dan saling mengirim surat dengan kalimat " Minal 'Aidin Wal Faiidzin ".
- Ketiga,dimensi sosial.
Maka janganlah kita asyik dengan kenikmatan spiritual sendiri,sebagaimana Sabda Rasulullah sendiri dalam hadistnya yang begitu indah diriwayatkan oleh Muslim dan Abu Hurairah ra:
Allah ta'ala akan berfirman pada hari kiamat : Hai anak Adam, Aku sakit tapi tidak engkau jenguk. Ujarnya : Yaa Tuhanku bagaimana aku akan menjengukMu padahal engkau Tuhan seru sekalian alam. FirmanNya : Tidak tahukah engkau bahwa hambaku si Fulan sedang sakit,tetapi tidak engkau jenguk ? Tidak tahukah engkau bahwa seandainya kamu menjenguknya akan engkau dapati Aku disisinya? Hai anak AdamAku meminta makanan kepadamu,tetapi tidak engkau kabulkan. Ujarnya : Yaa Tuhanku bagaimana aku akan memberiMu makan,padahal engkau Tuhan seru sekalian alam? FirmanNya : tidakah engkau ketahui bahwa si Fulan meminta kepadamu tetapi tidak engkau tanggapi ? Ketahuilah seandainya engkau memberinya makan,niscaya engkau akan mejumpai Aku disisinya. Hai anak Adam,aku meminta minum kepadamu,tetapi tidak engkau kabulkan. Ujarnya : Tuhanku bagaimana aku dapat memberiMu minum padahal Engkau Tuhan Rabbu 'Alamin ? Firmanya : HambaKu si Fulan meminta supaya diberi minum,tetapi tidak engkau acuhkan. Tidakah engkau ketahui bahwa seandainya engkau memberinya minum,akan engkau temui Aku disisinya.
Marilah kita ber-intropeksi sudahkah kita melakukanya tidak hanya di bulan Ramadan,tetapi di hari hari yang lain. Kita juga harus berkomunikasi sosial atau silahturahim dengan sungguh sungguh Ada Hadist Qudsi bunyinya seperti ini : " Allah SWT berfirman : Akulah Allah ,Akulah Ar-Rahman,Aku ciptakan Ar_Rahim,dan dari kata itulah salah satu namaKu berasal. Maka barang siapa yang menghubungkan tali silaturahim Aku akan menghubunginya,dan barang siapa memutuskanya aku akan memutuskan hubunganKu denganya " ( HR.Abu Dawud ).
Sahabat Ubaidah bin Shamit berkata bahwa Rasulullah SAW,bersabda:
Allah SWT,berfirman :
" Pasti kecintaan KU atas orang orang yang saling mencintai karenaKu,pasti kecintaanKu atas orang orang yang saling menasehati karenaKU.pasti kecintaanKu pada orang orang yang saling mengunjungi karenaKu.pasti kecintaanKu atas orang orang yang saling mencukupi karenaKU,Mereka berada diatas mimbar mimbar dari cahaya,tempat mereka sejajar dengan tempat para Nabi dan para shiddiqiin
"( Maa jaa-a Fii Ziyarotil Ikhwan I/2/78).
Dalam Hadist dari Muadz bin Jabal ra,beliau bersabda:
"Apabila dua orang Muslim bertemu kemudian salah seorang dari keduanya tersenyum kepada yang lain kemudian ia menjabat tanganya maka berjatuhanlah dosa-dosa keduanya sebagaimana dedaunan yang berjatuhan dari pohonnya " ( Ibnu Abi Dunya dalam Al- Ikhwan ).
Sudahkah diantara kita mengamalkan ajaran yang luhur tersebut.?
- Keempat,dimensi cultural seremonial.
Sesungguhnya iblis pada setiap hari raya menjerit,maka berkumpulah anak buah iblis dihadapanya,Mereka bertanya kepada iblis,Tuan kami siapakah yang telah membuat tuan murka sungguh akan aku hancurkan dia. Iblis menjawab : "Tak apa apa, hanya Allah telah memberi ampunan ummat ini. Maka kalian harus membuat mereka sibuk dengan kelezatan kelezatan,keinginan keinginan nafsu dan minum arak,sehingga Allah akan murka kepada mereka ". ( Wahab bin Mannabih ).
Mari ber- intropeksi diri " sudahkah kita mewaspadai pada hal hal tersebut...........?.
- Kelima,dimensi Ekonomi Finansial.
Berbicara mengenai hal tersebut diatas berarti kita bicara pola komsusi,bila bicara tentang pola komsusi,tentu tidak dapat terlepas dari tuntunan Allah dalam agamaNya yang suci.
Al-Qur'an dan Hadist telah dengan jelas memberi petunjuk kepada kita tentang komsusi agar manusia menjadi terarah dalam perilaku komsusinya,yang akan dapat menjamin kehidupan manusia yang adil dan sejahtera dunia dan akhirat.
Dalam surah Al - A'raf ( 7 : 31 ),Allah berfirman :
" Hai anak Adam,pakailah perhiasanmu yang indah setiap memasuki masjid,makanlah dan minumlah tetapi jangan berlebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang orang yang berlebih lebihan ".
Secara eksplisit Allah memerintahkan kepeda hambanya agar dalam makan dan minum dilakukan secara wajar,tidak isyraf ( tidak berlebih lebihan dan melampui batas ) Berlebih lebihan atau melampui batas dalam komsusi suatu kebutuhan sangat dicela oleh Islam.
Dalam riwayat Hadist lain :
" Makan dan minumlah kamu,bersedekahlah dan berpakaianlah kamu tetapi jangan berlebihan,karena Allah anat suka melihat bekas ni'matnya pada hamba hambaNya," ( HR Ibnu Majjah dan An - Nasa'i ).
Dari Abu Hurairah,bahwa Nabi Muhammad SAW bersabda :
" Seorang hamba akan berkata : hartaku,hartaku. Padahal yang menjadi miliknya hanya ada 3 hal saja. Apa yang dimakan kemudian habis,Apa yang dipakai kemudian hancur,dan apa yang disedekahkan kemudian kekal. Selain yang tiga perkara tersebut akan hilang dan ditinggalkan untuk manusia. " ( HR Muslim ).
Maka sedekah,Infaq,maupun Zakat merupakan bagian dari komsusi dalam Islam. Dengan demikian Rumus pendapatan ( Y ) dalam Islam berbeda dengan rumus ekonomi konvesional yang tidak memasukan ( S ) sedekah,sehingga Rumusnya adalah:
Rumus pendapatan
Ekonomi konvesional
Y = C + S
Rumus pendapatan
Ekonomi Islam
Y = ( C + Sedekah ) + S
Catatan:
Y = Pendapatan
C = Komsusi
S = Tabungan
Marilah kita bertanya pada diri kita sendiri,sudahkah kita mengikuti pola komsusi Islami tersebut ?.
Bila kita menjawab dari semua pertanyaan pertanyaan tersebut diatas " negatif ",maka janganlah pesimis atau berkecil hati,karena Allah dengan sifat Rahman dan RahimNya selalu menunggu kita untuk selalu mendekat dan bertaubat kepadaNya. Satu hal yang penting, kita sudah memegang kunci kebahagiaan baik di dunia dan akhirat,yaitu Islam sebagai Rahmatan Lil 'alamin,jangan sampai lepas dari genggaman.
Wallahu 'Alam
( KH. Drs. Syarifuddin Mahfudz,M.Si ).

No comments:
Post a Comment