Wednesday, September 22, 2010

Multilevel Marketing ( MLM ).

  1.  Diskripsi masalah
Multilevel marketing merupakan istilah mengenai suatu sistem pemasaran melalui pembentukan jaringan pemasaran dengan multilevel ( banyak tingkatan ). Sistem pemasaran ini telah banyak diterapkan oleh berbagai perusahaan,meskipun tidak menyebutnya sebagai sistem multilevel marketing. Para pemasar pada setiap level ( tingkatan ) di haruskan menjadi member ( anggota ) dengan membayar sejumlah uang atau dengan membeli produk. Para pemasar sebagai member pada setiap level memperoleh potongan harga yang telah ditentukan atas pembelian dan penjualan sejumlah pemasar sebagai member pada setiap level di bawahnya.
 Dalam suatu misal, seorang menjadi member untuk memasarkan suatu produk dan berhak memperoleh potongan harga yang telah ditentukan. Jika ia mampu menggalang jaringan pada level dibawahnya minimal lima orang pemasar sebagai member yang masing masing mampu pula menggalang jaringan pada level dibawahnya minimal lima orang pemasar dibawahnya sebagai member. Bahkan ia memperoleh potongan harga atas pembelian dan penjualan oleh setiap member pada setiap level dibawahnya dan terus ke bawah. Demikian pula setiap pemasar sebagai member pada setiap level memperoleh hak yang sama.

  • Pertanyaan ?
Bagaimanakah hukum mengenai sistem pemasaran dalam Multilevel Marketing ?

  • Jawaban.
Hukum sistem pemasaran dalam Multilevel Marketing adalah dengan rincian sebagai berikut :
  1. Ketentuan untuk menjadi member ( anggota ) sebagai syarat bagi setiap pemasar,hukumnya mubah/boleh.
  2. Pemberian hadiah, bonus atau potongan harga kepada setiap pemasar sebagai comissioner ( makelar ) atas pembelian yang dilakukan oleh para pemasar sebagai comisioner pada level ( tingkatan ) di bawahnya adalah mubah dan syah karena diberikan atas keberhasilannya dan termasuk akad ( transaksi ) ju'alah ( hadiah ).
  3. Akad atau transaksi sebagai member ( anggota ),pemberian hadiah,dan jual dalam sistem Multillevel Marketing tidak terdapat unsur gharar,maisir,riba,dsb
  4. Antara persyaratan menjadi member ( anggota ) dan pemberian hadiah, bonus atau potongan harga serta antara  pembelian dan pemberian hadiah tida terdapat unsur bai'atain fiy bai'ah ( dua akad jual beli yang terikat dalam satu akad ) atau shofqoh fiy shofqotain( dua akad yang terikat dalam satu akad ).
  5. Apabila ada sistem pemasaran dalam Multilevel Marketing terdapat sistem lain yang mengandung unsur gharar,maisir,riba dan sebagainya,serta bai'atain fiy bai'ah ( dua akad jual beli yang terikat dalam satu akad ) atau shofqotain fiy shofqoh ( dua akad yang terikat terikat dalam satu akad ),maka hukumnya haram.
  • Dasar penetapan
  1. Al _ Qur'an.
  2. As Sunnah.
  3. Aqwal Ulama.
( Komisi Bahtsul masail ).

Monday, September 20, 2010

Kedudukan duduk sahwi dan kaifiahnya.

  • Sujud sahwi ( sujud karena lupa ).
Rasullullak pernah kelupaan dalam shalatnya,maka beliau bersujud dua sujud.Disebagian kelupaannya,beliau sujud sebelum salam dan sebagian kelupaanya lagi,beliau bersujud sesudah salam.
  1. Rasulullah pernah meninggalkan tasyahud awal pada shalat dluhur ,maka beliau bersujud di akhir tasyahud kedua sebelum salam dengan bertakbir pada tiap tiap sujud.
  2. Rasulullah pernah bersalam disalah satu shalat dluhur,atau shalat 'ashar sebelum sempurna shalatnya( di rakaat yang ke-2).Sesudah berkata kata,beliau bangun menyempurnakan shalat itu.kemudian beliau bersujud setelah salam dengan bertakbir.
  3. Rasulullah pernah bersalam sebelum sempurna shalat satu rahaat lagi.sesudah diingatkan oleh oleh orang yang berada disampingmya,makambeliau masuk lagi ke masjid.. Sesudah Bilal ber-Iqamah,lalu beliau bershalat satu rakaat lagi.Sesudah salam beliau bersujud.
  4. Rasulullah pernah ber shalat dluhur lima rakaat,maka beliau bersujud sesudah salam.
  5. Rasulullah pernah bershalat 'ashar tiga rakaat,sesudah beliau masuk kerumahnya,beliau diiingatkan.Maka beliapun keluar lagi ke masjid mengerjakan satu raka'at lagi,dan lalu beliau bersujud sesudah salam.
  • Sujud karena ragu
Diberitakan oleh Abdurahman ibn Auf ra.
"Aku mendengar Rasulullah SAW berkata : " Apabila ragu seorang kamu,maka ia tidak mengetahui : apabila satu rakaat ia bershalat atau telah dua ,hendaklah ia jadikan satu rakaat saja. Dan apabila ia tidak mengetahui lagi,apakah baru dua rakaat ia bershalat atau tiga,hendaklah ia jadikan dia dua rakaat sahaja. Dan apabila ia tidak mengetahui lagi,apakah baru tiga rakaat ia shalat atau empat,hendaklah ia jadikan tiga rakaat sahaja. Kemudian apabila telah selesai shalat ia bersujud dua sujud dalam keadaan duduk sebelum salam " (HR Ahmad : Subulus Salam I : 282 ).
Diberitakan oleh Ibnu Mas'ud ra.ujarnya:
" Nabi SAW bersabda : " Apabila salah seorang kamu ragu dalam shalat,maka hendaklah berusaha benar benar mencari yang lebih benar  ( dari shalatnya ).dan hendaklah ia menyempurnakan shalatnya itu atasnya ( atas yang benar ).Kemudian ia bersalam. Dan sesudah itu ia berdujud dua sujud.." (HR AL- Bukhari Muslim : Subulus Salam I : 282 ).
 Maka apabila kita meninggalkan sesuatu yang seharusnya tidak ditinggalkan dalam shalat,hendaklah kita bersujud dengan dua sujud,untuk menutupi kekurangan ( kealpaan ) itu.
Sujud yang dua ini boleh dilakukan dalam shalat,dan boleh diluarnya jika kelupaan itu tidak bersamaan dengan kelupaan Rasulullah SAW.(yang telah diterangkan ).
 Demikian kesimpulan sesudah ditinjau masalah ini dalam segala madzab.
Adapun di tempat tempat yang  ada nash ( tegas, diterangkan dilima tempat di atas ),hendaklah dilakukan menurut perbuatan Rasulullah SAW sendiri.
  Jika sujud sahwi itu dilakukan sesudah salam,maka kaifiat sujud itu,ialah bertakbir lalu bersujud dua kali,sesudah itu bertyasyahud dan sesudah itu bersalam.

  •  Sujud karena meninggalkan sesuatu sunnat.
 Disukai kita bersujud karena meninggalkan sesuatu sunnat yang di sunnatkan,baik yang di namai hai-ah,maupun yang dinamai ab'adl,karena mengingat hadist :
           " Bagi tiap tiap kelupaan itu,dua sujud " (HR Abu Daud dari Tsauban : Subulus Salam I : 285 ).
  Dan tidak ada keterangan yang disyari'atkan sujud lantaran meninggalkan sunnat ab'adlnya saja. Tidak ada perbedaan yang namanya hai-ah dengan yang dinamai ab'adl. Kedua duanya disunnatkan. Orang yang mengatakan ada perbedaan antara keduanya,diharuskan membawa dalil.
                         " Apabila Imam bersujud sahwi,hendaklah makmum mengikutinya "

( dinukil dari pedoman shalat : Prof Hasbi As Siddiqi ).